Jumat, 14 Agustus 2009

PKB Kembangsari 1 Nov '08

Kebaktian PKB Kembangsari

Sabtu, 1 Nov. 2008

Pembacaan : Maz. 73 : 1 – 20


Sdr. Sebagai orang percaya yg menjalani hidup ini pada satu sisi harus mengakui bhw Tuhan baik bagi kita dan selalu menyertai kita, asal kita hidup dengan tulus hati.. Kadang2 kita bertanya: Kalau saya berada dalam penyertaan Tuhan, kok hidup saya mengalami kesusahan dan penderitaan. padahal orang yg tidak percaya hidupnya mujur, berhasil, senang dan bahagia. Mereka jarang mengalami penderitaan dan kesusahan. Dalam hati kita bertanya-tanya apakah Tuhan tidak ingat kita, Tuhan sudah lupa, Tuhan tidak adil. Kita cemburu dan iri hati, sebab membiarkan kita berjalan sendirian saja?? Akibatnya kita tergoda untuk mengikuti pola dan cara hidup mereka yg fasik dan penuh dengan kejahatan.

Pemazmur mengalami hal serupa dalam hidupnya. Ia beriman, ia hidup setia dan tulus kepada Tuhan dan juga kepada sesamanya. Pada sisi lain hatinya penuh dengan pergolakakan, sebab ia melihat bhw orang yg korupsi, menipu, congkak, berkata jahat, sika memeras orang lain, hidup mereka tenang-tenang saja, aman-aman saja justru senang dan bahagia.

Pemazmur bergumul untuk mencari jawaban dari Tuhan, tetapi selalu ia tidak mendapatkan yg memuaskan hatinya. Memanga dalam hidup ini mana mungkin kita mendapat jawaban dari dunia ttg pertanyaan-pertanyaan ttg hidup berat yg kita alami?? Hal yg sama dialami pemazmur. Dengan penuh kegelisahan ia berjalan menuju rumah Tuhan untuk beribadah. Dalam beribadah itulah pemazmur mendapat jawaban dari Tuhan. Tuhan menyatakan akepadanya bahwa: kehidupan dan kebahagiaan orang fasik, jahat, sombong, congkak karena berlimpah harta itu adalah bagaikan orang yg berdiri di tepi jurang yg licin. Hidup demikian sangat tidak aman, sebab kesalahan sedikit saja, mereka akan jatuh dan hancur dan kemegahan mereka akan hilang lenyap dan mereka tidak akan diingat lagi bahwa dilupakan. Rupanya penglihatan dan jawaban ini menghibur dan menguatkan pemazmur untuk tetap beriman dengan hati yg tulus dan dengan begitu ia menjadi bertambah kuat, setia dan tegar untuk tetap menjalani hidup ini sebab Tuhan ada dan menyertai.

Makna bacaan ini untuk kita PKB ini: Marilah kita hidup seperti pemazmur: beriman dengan hati yg tulus, setia beribadah, jangan iri atau dengki kepada teman2 yg senang dan bahagia dalam keberhasilan hidup mereka. kita tetap yakin dan percaya bhw Tuhan selalu ada bersama kita dalam sepanjang perjalanan hidup kita, baik kemarin, hari ini dan yad.

Amin.

Pernikahan

Katekisasi GPIB

Setelah beberapa minggu kita membahas seri Muda/i maka bagian ini diakhiri dalam pernikahan. Dalam Kej. 1 : 26, 27 dikatakan bhw manusia diciptakan Allah laki-laki dan perempuan. Mereka adalah serupa dan segambar dengan Allah. Serupa dan segambar dengan Allah itu bukan dimaksudkan semata-mata ttg rupa dan air muka seseorang tetapi penulis kitab Kejadian lebih menitikberatkan pada “hubungan dialogis” dan hubungan “kasih sayang” antara Allah dan manusia. Makna hubungan itu demikian: Allah bertanya, dan manusia menjawab, atau manusia meminta dan Allah memberi. Namun dialog itu selalu harus berlangsung dalam suasana kasih dan kesetiaan.

Selanjutnya dikatakan bahwa Allah melihat manusia itu seorang diri saja lalu Ia menciptakan seorang perempuan dari tulang rusuk laki-laki (Kej, 2 : 18-24) Allah mengambil prakarsa untuk menciptakan “penolong” yg sepadan dengan diri manusia laki-laki. Allah membantu manusia laki-laki mengenal dirinya sendiri melalui “gambarnya” pada diri seorang manusia perempuan. Jadi manusia menjadi seseorang berpribadi bila ia berjumpa dengan sesamanya. Dengan kata lain Ke laki-laki an seorang pria (sifat, watak, sikap) tidak akan berkembang bila tidak ada perempuan, sebaliknya ke-perempuan-an seorang wanita (sifat, perasaan, kelembutan, kelemahan) tidak akan berkembang bila tidak berjumpa dengan manusia laki-laki. Dealam hubungan laki-laki dan perempuan seluruh kepribadian manusia seutuhnya akan nampak jelas. Dengan demikian yg disebut manusia seutuhnya adalah laki-laki dan perempuan, sepasang manusia.

Jadi pernikahan haruslah berangkat dari dasar pandngan yg benar ttg hubungan antara manusia dengan Allah dan antara manusia dengan pasangannya. ” Dalam pernikahan manusia laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam satu ikatan cinta kasih” Dalam pernikahan mereka melanjutkan “kasih mesra” mereka secara “bebas” dan bertanggungjawab.

Pernikahan sebagai peristiwa sosial

Pernikahan dalam pandangan orang percaya merupakan suatu kesepakatan sosial yg diberi dasar hukum dan diisi dengan makna religius. Jadi pernikahan adalah suatu peristiwa sosial yg diresmikan melalui kekuasaan hukum tertinggi masyarakat, sedangkan gereja berperan sebagai lembaga keagamaan yg memohonkan berkat Tuhan bagi pasangan yg telah diresmikan oleh lembaga tertinggi tsb. Kita sebagai warga masyarakat yg hidup kita diatur oleh hukum dan aturan masyarakat, maka sebagai warga masyarakat wajib mentaati hukum tersebut. Karena itu pernikahan antar warga masyarakat harus disyahkan sesuai dengan aturan dan undang-undang yg berlaku dalam masyarakat.

Pernikahan dilihat dari iman Kristen.

Pernikahan Kristen tidak terlepas dari kesaksian Alkitab (Kej. 2 : 18, 21-24 dan meyakini hal itu sebagai campurtangan Allah sendiri dalam kehidupan pernikahan mereka. Berdasarkan karya Allah itu mereka yg memulainya dengan “kasih Allah” harus berjanji bahwa apa yg telah disatukan oleh Allah tidak boleh dipisahkan/diceraikan oleh manausia (Mat. 19 : 6). Dengan demikian pernikahana harus diyakini bahwa Allah ikut campur tangan dalam kehidupan mereka karena itu pernikahan harus dipelihara keutuhannya dengan kasih dan iman. Dalam Hosea 2 : 15, 19, Ef 5 : 22 – 33 melukiskan pernikahan sebagai lambang hubungan kasih Allah dengan umatNya. Lambang ini mengarah kepada hubungan saling mengenal antara kedua orang dalam kasih sayang yg berlangsung pada “hubungan suami-istri”. Oleh karena itu setiap pernikahan dalam pandangan iman Kristen harus mencerminkan kasih Allah yg menyelamatkan manusia, sehingga kesadaran itu mendorong manusia yg menikah supaya memelihara kekudusan pernikahan mereka yg telah diberkati Allah.

Tambakrejo 19 Okt '08

Hotbah Tambakrejo

Minggu, 19 Oktober 2008

Nats Pemb. Maz. 1 : 1, 2

Am. Hdp Baru Roma 12 : 9 – 21

Berita Angrh IYoh. 1 : 9

Pemb. Maz. 119 : 1 – 8

Semua orang tentu ingin hidup berbahagia. Pertanyaan bagi kita :Apa ukuran Bahagia itu?? Orang memberi arti bhw hidup bahagia itu jika mempunyai banyak harta dan kekayaan. Pada satu sisi ungkapan ini mungkin saja benar tetapi apakah itu yg menjadi ukuran hidup bahagia?? Kalau demikian : Orang yg tidak punya harta tentu tidak akan hidup bahagia bukan? Apa memang begitu??

Hidup ini penuh dengan kata “mengejar”. Orang kantor mengejar waktu berangkat, agar tiba tepat waktu di tempat kerja. Anak sekolah mengejar angkota agar tidak terlambat. Para penumpang mengejar kereta api agar tidak ketinggalan sepor. Pemuda mengejar gadis pujaannya agar tidak digaet orang lain. Para pekerja bangunan mengejar target agar tidak dimarahi juragannya. Para pedagang mengejar keuntungan dengan berbagai cara dan upaya. Keluarga di rumah mengejar hidup bahagia agar ada ketenteraman dan rasa damai sejahtera dalam rumah.

“Orang suci” mengejar hidup suci dengan berusaha meninggalkan hidup “duniawi” yakni dengan selalu bertekun dalam doa dan melakukan tuntutan agamanya dan setia membaca Kitab suci. Banyak cara diupayakan untuk memperoleh hidup bahagia. Jikalau cara-cara ini sudah kita dengar, bagaimanakah kita mendengar kata Alkitab? untuk memperoleh hidup bahagia?? Firman Tuhan menunjukkan: Berbahagialah orang2 yg hidupnya tidak bercela yg hidup menurut torat Tuhan yg memegang peringatan2Nya yg mencari Dia dengan segenap hati, yg juga tidak melakukan kejahatan tetapi yg hidup menurut jalan2 yg ditunjukkanNya. Nasehat ini menyangkut hal2 yg biasa terjadi dalam hidup, sebab Kebahagiaan adalah “rasa” yg terjadi dalam hidup kita. Kebahagiaan bukan sesuatu yg terjadi diluar hidup. Bagaimana kita dapat katakana kita bahagia kalau itu bukan kita rasakan dalam kehidupan kita. Bahagia terletak dalam hati dan di tempat itulah kita dapat merasakan dan menikmatinya. Contoh.

Kalau saya menjala ikan di rawa dan dapat banyak sekali, hati saya kan senang dan kesenangan itu terungkap dari dalam hati melalui paras muka yg tertawa atau senyum dan diucapkan melalui kata2 manis. Sebaliknya jikalau anak-anak menggoda orangtua yg membuat kesal, maka hati orangtua tidak senang lalu akan nampak pada wajah geram lalu keluar kata-kata kasar dst,

Kembali kita dengar kata Alkitab: Berbagaialah orang2 yg hidupnya tidak bercela yg hidup menurut Torat Tuhan. Banyak orang mengejar hidup bahagia dengan mengumpulkan harta, tetapi itu bukanlah ukuran utk hidup bahagia. Orang yg tidak punya hartapun akan sangat menikmati hidup pas-pasan dengan mengelola apa yg ada sambil pengucapan syukur lalu yg sedikit itu mereka nikmati bersama penuh dengan sukacita dan damai sejahtera – mereka menikmati hidup bahagia.

Alkitab mengatakan bahagia dapat dirasakan hanya bagi mereka yg hidup tidak bercela dan yg menurut Torat Tuhan. Pengertian Torat di sini bukan hukum Torat 10 Hukum itu, tetapi Torat – Torah adalah Ajaran” yg ada dalam Alkitab. Kita bertanya siapakah manusia yg bisa menuruti semua ajaran dalam Alkitab dengan melakukannya sesuai yg diajarkan?? Kita manausia tidak ada seorangpun yg bisa. Hanya manusia Yesus Kristus - kecuali dosa – yg melakukannya ganti kita. namun begitu kepada kita jemaat, gereja, persekutuan, keluarga, kita diminta agar kiranya berusaha melakukan hidup sesuai dengan apa yg diajarkan dalam Firman Tuhan. Walaupun tidak bisa semua yg dapat kita lakukan, seberapa yg bisa, lakukanlah dan upayakan untuk bertambah-tambah. Sebab dengan begitu kita akan menikmati kebahagiaan dan sukacita. Kita akan berbicara dalam hati kita sendiri: O Tuhan, syukur hari ini saya banyak berbuat baik, hari ini saya banyak menghindari berbuat dosa, hari ini saya sudah berbaik dengan tetangga saya, hari ini saya sudah memaafkan kesalahan teman saya, hari ini saya sudah mengembalikan pinjaman saya dan teman saya mengucapkan terima kasih dengan kata-kata: apakah memang kamu sudah ada sehingga amengembalikan ini??Jangan dipaksa kalau memang kamu belum punya. Itulah kata2 yg membahagiakan kita. Jadi sdr. Bahagia akan kita nikmati dalam hidup, bukan sesuatu yg di luar hidup. Bahagia itu ada karena kita bisa ciptakan sendiri tetapi juga akan lari dari kita, karena kita juga yg ciptakan dia lari. Kita dapat mempertahankan kebahagiaan itu lama tergantung bagaimana kita mendekatkan diri kepada Tuhan, bertekun membaca FirmanNya, merenungkan firman itu, menghayati dan kalau dapat mintalah bantuan Rohkudus agar dapat melakukan perintah Firman itu dallam hidup sehari-hari. Membaca dan merenungkan Firman itulah perintah utama bagi kita norang percaya, sebab sebab ini menyangkut iman dan pengharapan serta keyakinan kita masing2. Jikalau kita merasa lemah dan tak sanggiup melakukan semua perintah itu, berdoalah agar kiranya Rohkudus yg menguatkan dan menyanggupkan kita untuk dapat melakukan walaupun sedikit perintah itu dalam hidup beriman kita.

Sidang jemaat. Ayat terakhir dari bacaan ini mengatakan aku akan berpegang kepada ketetapan2Mu janganlah tinggalkan aku sama sekali. Suatu pernyataan, sekaligus permohonan dari Pemazmur.. Pernyataan bhw ia berpegang selalu pada perintah Tuhan, sambil bermohon: janganlah tinggalkan aku, orang yg selalu berbegang pada perintah itu. Bagaimana dengan kita?? Kita sama dengan pemazmur bukan?? Marilah kita berusaha dalam hidup untuk berpegang kepada perintah Tuhan meskipun tidak bisa sempurna, tetapi apa yg dapat kita lakukan lakukanlah dengan keyaikinan akan bantuan Rohkudus yg senantiasa berkenan membantu kita melakukan kehendakNya. Dengan begitu kita akan menikmati rasa bahagia bukan saja untuk kita secara pribadi tetapi juga akan kita nyatakan dalam hidup beriman bersama orang lain yg kita temui dalam hidup ini.


Amin.

Pertunangan

Pelajaran Katekisasi

PERTUNANGAN

Dalam pergaulan muda-mudi seseorang mulai belajar memberikan dirinya kepada orang lain dan sebaliknya menerima diri orang lain dalam hidup mereka. Dalam pergaulan, seseorang ingin memiliki “TEMAN” dan sebaliknya orang ingin “mencintai” dan “dicintai”. Sama seperti dalam pergaulan muda/i dalam pertunanganpun harus didasarkan pada Firman Tuhan: “Inilah perintahKu, “Kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh.15 : 12) Seluruh cinta dan kasih sayang kepada sesama harus didasarkan pada pemahaman yg benar ttg Kasih Allah kepada dirinya sendiri: “mengasihi Allah dan mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Bila manusia kurang memahami kasih Allah dengan benar maka akan terjadi mencintai dan mengasihi akan tertuju semata-mata kepada kepentingan dirinya sendiri (Pilipi 2 : 1 – 4). Dengan demikian makna pertunangan dapat dipahami atas dasar “Kasih Allah” dan kehendak Allah dalam kehidupan manusia.

Masa pertunangan merupakan fase kelanjutan dari hubungan yg terbina selama “masa bergaul” (masa perkenalan) atau dalam masa pergaulan muda/i . Pertunangan termasuk dalam ketegori “Pergaulan Intim” bukan dalam konotasi “hubungan suami-istri”. Pertunangan merupakan perkembangan dari hubungan persahabatan/pergaulan biasa tetapi yg diisi dengan bibit cinta yg tulus yg nantinya akan berbuah pada pernikahan. Pergaulan yg benar akan meningkat kepada pertunangan dan diharapkan mencapai tujuan akhir dalam membina kehidupan abadi dalam “pernikahan: Dalam pertunangan, masing2 berusaha mengadakan pendekatan emosional, pikiran, gaya-hidup dalam suasana keterbukaan menuju kepada kematangan mental, spiritual menjelang pernikahan. Dalam masa pertunangan, muda/i ini secara intensip berupaya mengenal dirinya masing2 termasuk hal2 yg tidak disukai bersama. (kecocokkan-ketidakcocokkan). Banyak hal lagi yg mesti ditata pada masa ini terlebih-lebih penyesuaian diri serta pengendalian diri dalam kaitannya dengan sexualitas. Pasangan harus mendasarkan hubungan mereka pada kesucian Allah seperti yg disaksikan dalam Kej. 1 : 31 Lalu Allah melihat semuanya itu “sungguh amat baik”. Kesucian yg Allah karuniakan kepada mereka itu harus dipelihara sampai kepada masa pernikahan. Menjaga serta memelihara kesucian selama masa pertunangan ini didasarkan pada Firman Tuhan Kel. 20 : 14,17 “Jangan berzinah” dan jangan mengingini sesuatu yg bukan milikmu. Dengan mengingat akan perintah Tuhan, larangannya, juga hukumannya (Im. 18 : 29 maka orang muda memohon kepada Tuhan agar kiranya mereka dapat mengatasi “pergaulan bebas” (terutama dalam masalah hubungan sexual). Maksud Tuhan menyatakan hukum kekudusan itu tidak lain agar menjaga Israil supaya tidak ikut melakukan tindakan2 yg sama yg dilakukan bangsa2 sekitar mereka (bangsa kafir) sehingga nama Tuhan tidak dimuliakan.

Tentang pernikahan ini Tuhan berfirman “Dan laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya (Kej. 2 : 24). Keindahan masa pertunangan dilukiskan dalam Alkitab (Kidung Agung 8 : 6,7 sebagai suatu keindahan cinta-kasih, dan hal itu harus dipertahankan menuju ke pernikahan, juga memasuki kehidupan sampai kekal abadi. Orang yg sudah matang dalam berpacaran, kemudian bertunangan, mereka memilih dan memutuskan supaya hubungan mereka itu disahkan dalam pernikahan negara dan memohon berkat Allah melalui pernikahan gereja.

Kembangsari 11 Jan'09

Hotbah Kembangsari, NP : Roma 8 : 28

Minggu, 11 Jan. 2009 AHB : Ibrani 6 : 11 - 14

Pemb. Kej. 15 : 1 – 6

“Selamat Tahun Baru”, kiranya Tuhan ada bersama kita selalu dalam Thn yg sedang kita jalani ini.

Sdr, Ketakutan merupakan bagian dari hidup manusia. Ketakutan menjadi momok bagi si kaya, tetapi juga bagi yg tak berpunya, bagi yg berpendidikan tetapi juga bagi rakyat biasa. Yang kaya, yang punya perusahan, tidur tidak akan lelap, sebab takut kalau-kalau kekayaannya dicuri atau tiba-tiba datang masa resesi dst. Bagi yg kurang mampu (yg tak berpunya), takut dan kuatir akan hidup masa kini dan masa depan sebab semuanya serba naik melambung tinggi padahal pendapatan tetap biasa-biasa saja: Bagaimana nanti kita bisa makan besok , lusa dst. Itu bukan berarti bhw kita kuatir ttg makan dan minum tetapi ketakutan selalu ada dan menghantui dalam hidup kita. Orang yg telah tamat S1,S2, takut nanti tidak dapat pekerjaan dan pengaruh dalam masyarakat, sebab banyak sekali orang mencari kerja padahal lapangan kerja itu-itu saja. Orang tua takut akan naiknya biaya sekolah dst. Anak-anak yg baru lulus sekolah, takut jangan2 tidak dapat tempat di sekolah yg dicari sebab saingan semakin ketat dan sulit. Pendeknya kita takut dalam segal perkara.

Sdr, sejak kita menginjakkan kaki pada 1 Jan. 2009, kita belum tahu persis apa yg akan kita alami dalam thn ini sebab kita sendiri tidak bisa melihat tembus waktu ttg kehidupan ini. Karena itu wajarlah kalau kita selalu bertanya - tanya apa gerangan nanti yg akan menimpa hidup kita di thn ini. Sebagai orang beriman memang kita mengandalkan Tuhan yg telah membawa kita keluar dari thn panjang 2008 dengan berbagai suka dan dukanya sehingga kita masuk dalam thn yg baru ini tetapi pada sisi lain kita masih diliputi ketakutan sebab kita tidak mengerti ttg situasi dunia ini yang setiap saat bisa berubah dari yg senang menjadi kacau dan sebaliknya.

Sdr Bacaan kita pagi ini berbicara ttg ketakutan Abraham, tetapi ketakutan ini berbeda dengan ketakutan kita. Andaikata kita pada posisi seperti Abraham yg sudah usia lanjut belum juga punya anak, maka kita bisa saja mengadopsi anak kakak atau anak sdr dekat kita. Abraham takut kalau nanti ia tidak memperoleh anak untuk dapat melanjutkan keturunannya supaya bisa membawa nama dan mewarisi harta kekayaan. Karena itu jika sampai terjadi demikian maka kemungkinan hamba Abraham, Eliezer orang Damsyik itu akan mewarisi harta, dan ini tidak berkenan kepada Allah, sebab Elieser tidak termasuk dalam garis keturunan orang beriman. Kita tahu bahwa Abraham adalah seorang beriman. Baik orang beriman atau tidak kedua-duanya mempunyai rasa takut, hanya bagi seorang beriman rasa takutnya ia serahkan kepada kuasa Allah. dan ia yakin bahwa Allah sendiri senantiasa ada dan memperhatikan ketakutan itu. Ketakutan orang beriman, selalu ada jaminan, ada yg berdiri untuk menopang kalau ia jatuh, dan mengulurkan tangan untuk menarik apabila ia akan terperosok. Ada yg menjamin hidup orang beriman meskipun ia dalam keadaan senang, susah dan takut sekalipun. Kini, tinggal bagaimana orang beriman yg merasa takut itu meminta perlindungan dan pertolongan dan biarlah mereka bersandar pada kuasa Allah saja.

Sdr. Keturunan dalam kehidupan orang Israil merupakan hal yg paling utama sebab anak laki-laki akan melanjutkan garis keturunan sekaligus mewarisi harta benda dari keluarganya. Karena itu dalam usia uzur ini Abraham yg belum juga mempunyai anak merasa takut sekali sebab tak mungkin lagi ia akan mempunyai anak laki-laki sebagai Pewaris. Ketakutan dan kuatir ini secara diam-diam ia gumulkan dan tertiakan kepada Tuhan dan suaranya ini di dengar Tuhan. Waktu dialog dengan Tuhan, kekuatiran ini ia sampaikan dan ia usulkan biarlah Elizer saja yg bukan keturunan orang percaya ini sebab ia tinggal serumah dan telah melayani Abraham selama ini, biarlah ia yg kelak mewarisi keturunan Abraham. Tetapi jawab Allah bhw bukan Elizer tetapi anak kandungmu sendiri yg akan jadi ahli waris, sebab Tuhan sudah mengadakan perjanjian dengan Abraham dan ikatan ini tidak bisa diorakkan lagi oleh siapapun juga dan janji itu Allah akan tepati sendiri.

Sdr, sebagai orang beriman, kita perlu melihat kepada Tuhan yg akan berbuat sesuatu dalam keadaan yg tak mungkin bagi pandangan manusia. Usia 75 thn dalam perhitungan logika/ biologis tak mungkin bagi manusia bisa mempunyai anak. Justru di sinilah Allah mau menunjukkan kasih dan KemahakuasaanNya untuk disegani dan dihormati oleh manusia. Bahwa segala yg bagi manusia sudah tidak mungkin dan tidak bakal terjadi, tetapi bagi Allah itu mungkin dan bisa saja. Di sinilah letaknya perbedaan antara iman dan tidak beriman, iman dan logika, ilmu pengetahuan. Sekali lagi orang yg beriman, mengandalkan Allah dengan kuasanya dan orang yg tidak beriman hanya mengandalkan logika. Tetapi dalam rencana Allah untuk kebaikan manusia, Allah memakai hal yg melewati ukuran akal manusia untuk mewujudkan pencapaian rencana Ilahi. Karena itu Abraham hanya pasrah untuk menerima kuasa Allah sesuai dengan imannya dan janji Allah kepadanya bhw keturunan Abraham akan sebanyak pasir di tepi pantai dan sebanyak bintang yg berkelip di langit. Siapa yg bisa menghitungnya??

Jemaat dan persekutuan Kembangsari, kita semua baru berdiri ditepian tahun panjang ini. Kaki kita baru melangkah 11 langkah, 11 tapak dari 365/366 langkah, yg akan kita napaki, kita langkahi kita masuki tahun ini. Kita jangan tunduk kepala, tetapi angkat muka dan dengar suara yg menggelagar dari langit di atas: Jangan takut. Kata-kata ini mengandung kasih, harapan serta kepastian janji Allah, bhw yg berkata adalah penjamin hidup, penjamin masa depan, sebab Ia mengerti siapa kita. Ia sedang berdiri di awal thn ini sedang mengulurkan tangan utk menggapai tangan kita masing-masing dan biarlah kita memberi tangan kita dipegang dituntun supaya berjalan bersama Allah memasuki hari-hari panjang yg sedang menanti. Janganlah lepaskan tangan Tuhan yg penuh kuasa itu, janganlah longgarkan pegaganganNya, eratkan peganganNya sebab Ia mengerti bhw kita sering takut. Karena itu dengan tegas Ia berkata: Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau (Kej. 26 : 24), Aku ada dan sedang berjalan bersama sdr: dan kata Yesus kepada mereka dan juga kepada kita, jemaat dan persekutuan Kembangsari, sdr dan saya di awal thn ini: Aku ini jangan takut. Atau lebih jelas: Aku ada beserta kamu, jangan takut. Yoh. 6 : 20. Inilah pegangan dan jaminan bagi kita masing-masing dalam memasuki 355 hari yg panjang thn 2009 ini. Amin