Selasa, 17 Januari 2012

PKB Kembangsari

Kebaktian PKB Kembangsari
Sabtu, 1 Nov. 2008

Pembacaan : Maz. 73 : 1 – 20

Sdr. Sebagai orang percaya yg menjalani hidup ini pada satu sisi harus mengakui bhw Tuhan baik bagi kita dan selalu menyertai kita, asal kita hidup dengan tulus hati.. Kadang2 kita bertanya: Kalau saya berada dalam penyertaan Tuhan, kok hidup saya mengalami kesusahan dan penderitaan. padahal orang yg tidak percaya hidupnya mujur, berhasil, senang dan bahagia. Mereka jarang mengalami penderitaan dan kesusahan. Dalam hati kita bertanya-tanya apakah Tuhan tidak ingat kita, Tuhan sudah lupa, Tuhan tidak adil. Kita cemburu dan iri hati, sebab membiarkan kita berjalan sendirian saja?? Akibatnya kita tergoda untuk mengikuti pola dan cara hidup mereka yg fasik dan penuh dengan kejahatan.
Pemazmur mengalami hal serupa dalam hidupnya. Ia beriman, ia hidup setia dan tulus kepada Tuhan dan juga kepada sesamanya. Pada sisi lain hatinya penuh dengan pergolakakan, sebab ia melihat bhw orang yg korupsi, menipu, congkak, berkata jahat, sika memeras orang lain, hidup mereka tenang-tenang saja, aman-aman saja justru senang dan bahagia.

Pemazmur bergumul untuk mencari jawaban dari Tuhan, tetapi selalu ia tidak mendapatkan yg memuaskan hatinya. Memanga dalam hidup ini mana mungkin kita mendapat jawaban dari dunia ttg pertanyaan-pertanyaan ttg hidup berat yg kita alami?? Hal yg sama dialami pemazmur. Dengan penuh kegelisahan ia berjalan menuju rumah Tuhan untuk beribadah. Dalam beribadah itulah pemazmur mendapat jawaban dari Tuhan. Tuhan menyatakan akepadanya bahwa: kehidupan dan kebahagiaan orang fasik, jahat, sombong, congkak karena berlimpah harta itu adalah bagaikan orang yg berdiri di tepi jurang yg licin. Hidup demikian sangat tidak aman, sebab kesalahan sedikit saja, mereka akan jatuh dan hancur dan kemegahan mereka akan hilang lenyap dan mereka tidak akan diingat lagi bahwa dilupakan. Rupanya penglihatan dan jawaban ini menghibur dan menguatkan pemazmur untuk tetap beriman dengan hati yg tulus dan dengan begitu ia menjadi bertambah kuat, setia dan tegar untuk tetap menjalani hidup
ini sebab Tuhan ada dan menyertai.

Makna bacaan ini untuk kita PKB ini: Marilah kita hidup seperti pemazmur: beriman dengan hati yg tulus, setia beribadah, jangan iri atau dengki kepada teman2 yg senang dan bahagia dalam keberhasilan hidup mereka. kita tetap yakin dan percaya bhw Tuhan selalu ada bersama kita dalam sepanjang perjalanan hidup kita, baik kemarin, hari ini dan yad. Amin.

Pernikahan

Katekisasi GPIB

Pernikahan.
Setelah beberapa minggu kita membahas seri Muda/i maka bagian ini diakhiri dalam pernikahan. Dalam Kej. 1 : 26, 27 dikatakan bhw manusia diciptakan Allah laki-laki dan perempuan. Mereka adalah serupa dan segambar dengan Allah. Serupa dan segambar dengan Allah itu bukan dimaksudkan semata-mata ttg rupa dan air muka seseorang tetapi penulis kitab Kejadian lebih menitikberatkan pada “hubungan dialogis” dan hubungan “kasih sayang” antara Allah dan manusia. Makna hubungan itu demikian: Allah bertanya, dan manusia menjawab, atau manusia meminta dan Allah memberi. Namun dialog itu selalu harus berlangsung dalam suasana kasih dan kesetiaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa Allah melihat manusia itu seorang diri saja lalu Ia menciptakan seorang perempuan dari tulang rusuk laki-laki (Kej, 2 : 18-24) Allah mengambil prakarsa untuk menciptakan “penolong” yg sepadan dengan diri manusia laki-laki. Allah membantu manusia laki-laki mengenal dirinya sendiri melalui “gambarnya” pada diri seorang manusia perempuan. Jadi manusia menjadi seseorang berpribadi bila ia berjumpa dengan sesamanya. Dengan kata lain Ke laki-laki an seorang pria (sifat, watak, sikap) tidak akan berkembang bila tidak ada perempuan, sebaliknya ke-perempuan-an seorang wanita (sifat, perasaan, kelembutan, kelemahan) tidak akan berkembang bila tidak berjumpa dengan manusia laki-laki. Dealam hubungan laki-laki dan perempuan seluruh kepribadian manusia seutuhnya akan nampak jelas. Dengan demikian yg disebut manusia seutuhnya adalah laki-laki dan perempuan, sepasang manusia.

Jadi pernikahan haruslah berangkat dari dasar pandngan yg benar ttg hubungan antara manusia dengan Allah dan antara manusia dengan pasangannya. ” Dalam pernikahan manusia laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam satu ikatan cinta kasih” Dalam pernikahan mereka melanjutkan “kasih mesra” mereka secara “bebas” dan bertanggungjawab.

Pernikahan sebagai peristiwa sosial
Pernikahan dalam pandangan orang percaya merupakan suatu kesepakatan sosial yg diberi dasar hukum dan diisi dengan makna religius. Jadi pernikahan adalah suatu peristiwa sosial yg diresmikan melalui kekuasaan hukum tertinggi masyarakat, sedangkan gereja berperan sebagai lembaga keagamaan yg memohonkan berkat Tuhan bagi pasangan yg telah diresmikan oleh lembaga tertinggi tsb. Kita sebagai warga masyarakat yg hidup kita diatur oleh hukum dan aturan masyarakat, maka sebagai warga masyarakat wajib mentaati hukum tersebut. Karena itu pernikahan antar warga masyarakat harus disyahkan sesuai dengan aturan dan undang-undang yg berlaku dalam masyarakat.

Pernikahan dilihat dari iman Kristen.

Pernikahan Kristen tidak terlepas dari kesaksian Alkitab (Kej. 2 : 18, 21-24 dan meyakini hal itu sebagai campurtangan Allah sendiri dalam kehidupan pernikahan mereka. Berdasarkan karya Allah itu mereka yg memulainya dengan “kasih Allah” harus berjanji bahwa apa yg telah disatukan oleh Allah tidak boleh dipisahkan/diceraikan oleh manausia (Mat. 19 : 6). Dengan demikian pernikahana harus diyakini bahwa Allah ikut campur tangan dalam kehidupan mereka karena itu pernikahan harus dipelihara keutuhannya dengan kasih dan iman. Dalam Hosea 2 : 15, 19, Ef 5 : 22 – 33 melukiskan pernikahan sebagai lambang hubungan kasih Allah dengan umatNya. Lambang ini mengarah kepada hubungan saling mengenal antara kedua orang dalam kasih sayang yg berlangsung pada “hubungan suami-istri”. Oleh karena itu setiap pernikahan dalam pandangan iman Kristen harus mencerminkan kasih Allah yg menyelamatkan manusia, sehingga kesadaran itu mendorong manusia yg menikah supaya memelihara kekudusan pernikahan mereka yg telah diberkati Allah.

Tambakrejo 19 Okt 2008

Hotbah Tambakrejo
Minggu, 19 Oktober 2008

Nats Pemb. Maz. 1 : 1, 2
Am. Hdp Baru Roma 12 : 9 – 21
Berita Angrh IYoh. 1 : 9
Pemb. Maz. 119 : 1 – 8

Semua orang tentu ingin hidup berbahagia. Pertanyaan bagi kita :Apa ukuran Bahagia itu?? Orang memberi arti bhw hidup bahagia itu jika mempunyai banyak harta dan kekayaan. Pada satu sisi ungkapan ini mungkin saja benar tetapi apakah itu yg menjadi ukuran hidup bahagia?? Kalau demikian : Orang yg tidak punya harta tentu tidak akan hidup bahagia bukan? Apa memang begitu??
Hidup ini penuh dengan kata “mengejar”. Orang kantor mengejar waktu berangkat, agar tiba tepat waktu di tempat kerja. Anak sekolah mengejar angkota agar tidak terlambat. Para penumpang mengejar kereta api agar tidak ketinggalan sepor. Pemuda mengejar gadis pujaannya agar tidak digaet orang lain. Para pekerja bangunan mengejar target agar tidak dimarahi juragannya. Para pedagang mengejar keuntungan dengan berbagai cara dan upaya. Keluarga di rumah mengejar hidup bahagia agar ada ketenteraman dan rasa damai sejahtera dalam rumah.
“Orang suci” mengejar hidup suci dengan berusaha meninggalkan hidup “duniawi” yakni dengan selalu bertekun dalam doa dan melakukan tuntutan agamanya dan setia membaca Kitab suci. Banyak cara diupayakan untuk memperoleh hidup bahagia. Jikalau cara-cara ini sudah kita dengar, bagaimanakah kita mendengar kata Alkitab? untuk memperoleh hidup bahagia?? Firman Tuhan menunjukkan: Berbahagialah orang2 yg hidupnya tidak bercela yg hidup menurut torat Tuhan yg memegang peringatan2Nya yg mencari Dia dengan segenap hati, yg juga tidak melakukan kejahatan tetapi yg hidup menurut jalan2 yg ditunjukkanNya. Nasehat ini menyangkut hal2 yg biasa terjadi dalam hidup, sebab Kebahagiaan adalah “rasa” yg terjadi dalam hidup kita. Kebahagiaan bukan sesuatu yg terjadi diluar hidup. Bagaimana kita dapat katakana kita bahagia kalau itu bukan kita rasakan dalam kehidupan kita. Bahagia terletak dalam hati dan di tempat itulah kita dapat merasakan dan menikmatinya. Contoh.
Kalau saya menjala ikan di rawa dan dapat banyak sekali, hati saya kan senang dan kesenangan itu terungkap dari dalam hati melalui paras muka yg tertawa atau senyum dan diucapkan melalui kata2 manis. Sebaliknya jikalau anak-anak menggoda orangtua yg membuat kesal, maka hati orangtua tidak senang lalu akan nampak pada wajah geram lalu keluar kata-kata kasar dst,
Kembali kita dengar kata Alkitab: Berbagaialah orang2 yg hidupnya tidak bercela yg hidup menurut Torat Tuhan. Banyak orang mengejar hidup bahagia dengan mengumpulkan harta, tetapi itu bukanlah ukuran utk hidup bahagia. Orang yg tidak punya hartapun akan sangat menikmati hidup pas-pasan dengan mengelola apa yg ada sambil pengucapan syukur lalu yg sedikit itu mereka nikmati bersama penuh dengan sukacita dan damai sejahtera – mereka menikmati hidup bahagia.
Alkitab mengatakan bahagia dapat dirasakan hanya bagi mereka yg hidup tidak bercela dan yg menurut Torat Tuhan. Pengertian Torat di sini bukan hukum Torat 10 Hukum itu, tetapi Torat – Torah adalah Ajaran” yg ada dalam Alkitab. Kita bertanya siapakah manusia yg bisa menuruti semua ajaran dalam Alkitab dengan melakukannya sesuai yg diajarkan?? Kita manausia tidak ada seorangpun yg bisa. Hanya manusia Yesus Kristus - kecuali dosa – yg melakukannya ganti kita. namun begitu kepada kita jemaat, gereja, persekutuan, keluarga, kita diminta agar kiranya berusaha melakukan hidup sesuai dengan apa yg diajarkan dalam Firman Tuhan. Walaupun tidak bisa semua yg dapat kita lakukan, seberapa yg bisa, lakukanlah dan upayakan untuk bertambah-tambah. Sebab dengan begitu kita akan menikmati kebahagiaan dan sukacita. Kita akan berbicara dalam hati kita sendiri: O Tuhan, syukur hari ini saya banyak berbuat baik, hari ini saya banyak menghindari berbuat dosa, hari ini saya sudah berbaik dengan tetangga saya, hari ini saya sudah memaafkan kesalahan teman saya, hari ini saya sudah mengembalikan pinjaman saya dan teman saya mengucapkan terima kasih dengan kata-kata: apakah memang kamu sudah ada sehingga amengembalikan ini??Jangan dipaksa kalau memang kamu belum punya. Itulah kata2 yg membahagiakan kita. Jadi sdr. Bahagia akan kita nikmati dalam hidup, bukan sesuatu yg di luar hidup. Bahagia itu ada karena kita bisa ciptakan sendiri tetapi juga akan lari dari kita, karena kita juga yg ciptakan dia lari. Kita dapat mempertahankan kebahagiaan itu lama tergantung bagaimana kita mendekatkan diri kepada Tuhan, bertekun membaca FirmanNya, merenungkan firman itu, menghayati dan kalau dapat mintalah bantuan Rohkudus agar dapat melakukan perintah Firman itu dallam hidup sehari-hari. Membaca dan merenungkan Firman itulah perintah utama bagi kita norang percaya, sebab sebab ini menyangkut iman dan pengharapan serta keyakinan kita masing2. Jikalau kita merasa lemah dan tak sanggiup melakukan semua perintah itu, berdoalah agar kiranya Rohkudus yg menguatkan dan menyanggupkan kita untuk dapat melakukan walaupun sedikit perintah itu dalam hidup beriman kita.

Sidang jemaat. Ayat terakhir dari bacaan ini mengatakan aku akan berpegang kepada ketetapan2Mu janganlah tinggalkan aku sama sekali. Suatu pernyataan, sekaligus permohonan dari Pemazmur.. Pernyataan bhw ia berpegang selalu pada perintah Tuhan, sambil bermohon: janganlah tinggalkan aku, orang yg selalu berbegang pada perintah itu. Bagaimana dengan kita?? Kita sama dengan pemazmur bukan?? Marilah kita berusaha dalam hidup untuk berpegang kepada perintah Tuhan meskipun tidak bisa sempurna, tetapi apa yg dapat kita lakukan lakukanlah dengan keyaikinan akan bantuan Rohkudus yg senantiasa berkenan membantu kita melakukan kehendakNya. Dengan begitu kita akan menikmati rasa bahagia bukan saja untuk kita secara pribadi tetapi juga akan kita nyatakan dalam hidup beriman bersama orang lain yg kita temui dalam hidup ini.

Amin.

Alam dan sumberdaya

Katekisasi GPIB

Minggu, 5 Oktober 2008

Alam dan sumber daya
Alam semesta ini adalah ciptaan Allah. Allah mempercayakan alam semesta ini untuk diolah dan dikelola secara bertanggungjawab bagi kesejahteraan umat manusia pada masa kini dan pada masa yang akan datang. Minggu lalu kita telah mendengar “perintah Tuhan kepada manusia” (Kej. 1 : 28b) berkaitan dengan pengusahaan dan pemeliharaan alam. Kita juga perlu mengetahui akibat buruk deari pengolahan secara tidak bertanggungjawab atas alam ciptaan Tuhan ini. Kita juga perlu mengetahui tindakan-tindakan positip apa yg dapat dilakukan oleh kita sebagai anak-anak Tuhan dalam penyelamatan alam sermesta ini.
Pada mulanya Tuhan menciptakan alam semesta beserta dengan makhluk-mahkluk di dalamnya “semuanya itu baik adanya” (Kej. 1 : 9b, 10b, 12b, 17b, 25b. Dengan demikian nampak kepada kita bhw apa yg diperbuat Allah “semuanya baik dan sempurna”. Saat kejatuhan manusia ke dalam dosa alam semesta ini menjadi rusak. Jadi alam semesta ini mengalami akibat buruk dari pemberontakan manusia melawan Allah Penciptanya.
Kitab Kejadian memberikan kesaksian positif tentang keberadaan alam: ciptaan itu indah dan baik, harmonis dan saling melengkapi. Dalam keadaan yg serba indah itulah Allah memerintahkan manusia untuk mengolah dan mengelolanya (Kej. 1 : 28) Pelimpahan dan tugas tetap berada dalam garis hubungan yang benar dengan Allah. Namun serentak dengan pelimpahan mandat ilahi itu, Allah memberikan ketetapan (Kej. 2 : 15, 16). Ketentuan itu membatasi kebebasan manusia, juga sekaligus meletakkan dasar pertanggungjawaban tentang kepatuhan dan ketaatan kepada Allah. Ketentuan dan ketetapan itu demikian: Semua yg ada dalam taman ini boleh kamu makan tetapi “buah pohon yg ada di tengah taman itu tidak boleh kamu makan”. Larangan itu merupakan “batu sandngan” atau tolok ukur untuk menilai sampai dimana kesetiaan dan ketaatan manusia kepada Penciptanya.
Ketika manusia melanggar ketetapan itu, ternyata ia lebih memilih kata hatinya sendiri dengan demikian menolak perintah dan kehendak yang baik dari Penciptanya. Sebagai akibat dari ketidaktaatan itu, manusia jatuh ke dalam dosa ( Kej. 3 : 1 – 24). Kejatuhan itu tidak saja sebagai akibat putus hubungan manusia dengan Allah tetapi juga berakibat langsung pada hubugan dengan makhluk ciptaan lainnya. Tindakan manusia yg salah itu telah menyeret seluruh ciptaan lain masuk ke dalam kehancuran dan pengrusakkan. Semakin manusia menjauhkan diri dari Allah dan merncari kepentingan sendiri, semakin itu pula ia merusakkan diri dan seluruh simpul hubungan-hubungan dengan alam semesta.
Dapat dikatakan bahwa “penyelamatan manusia” merupakan perbaikan dasar bagi seluruh hubungannya dengan alam semesta. Penebusan Allah yang berisi kasih menjadi landasan pacu untuk memulai masa baru dalam kelimpahan anugerahNya bukan saja bagi manusia tetapi juga manusia dengan alam. Penebusan itu dalam satu segi kita terima sebagai anugerah Allah yg dianugerahkan melalui akal budi (ilmu pengetahuana dan teknologi) kepada manusia sehingga dapat dimanfaatkan bagi kesejahateraan seluruh umat manusia pada msa kini juga pada masa depan.

Kebaktian di kembangsari

Kebaktian keluarga Ngaglik/Kssari
Rabu, 18 Juni 2008

Pembacaan : Gal. 5 : 1 – 15

Sdr. Sore ini kita ada dalam persekutuan Kel. Kembangsari Ngaglik di kel. Raintung. Persekutuan ini adalah persekutuan utuh yg tidak terpecah-belah dalam pemahaman yg berbeda ttg iman dan pengharapan. Karena iman kita adalah satu yaitu kepada Kristus yg bangkit sebagai Allah dan Juruselamat kita. Kenapa saya memajukan hal ini adalam awal persekutuan kita??
Pertanyaan ini dapat dijawab melalui bacaan kita. Yang mana?? Dalam ayat 15, Paulus menasehati dengan keras : “AWAS” Kenapa sampai ada nasehat keras dari Paulus??

Jemaat Galatia terdiri dari 2 kelompok. Mestinya aterdiri dari 1 kelompok saja, tetapi ada orang Kristen Yahudi yg mempengaruhi iman orang2 percaya di Galatia dengan ajaran Sunat dan hokum Torat. Sebab ajaran mereka bhw sunat dan hokum torat dapat menyelamatkan. Pandang ini mempengaruhi sebagian jemaat Kristen Galatia. Paulus mendengar hal ini, makanya ia menulis surat ini dengan nasehat2 seperti yg kita baca tadi.

Sdr. Karya Kristus telah memerdekakan orang2 Galatia dari kuk perhambaan. Apa yg dimaksud dengan kuk perhambaan?? Adalah sunat dan hokum Torat. Artinya bahwa kalau orang mau selamat harus disunat dan harus memenuhi tuntutan hukm torat. Manusia siapa yg bisa memenuhi tuntutan huum torat?? Hanya Yesus Kristus sajalah sebagai manusia sejati (kecuali dosa), Dialah yg dapat memenuhi semua tuntutan torat yg tidak bisa diselesaikan olah manusia. Kata Yesus kepada mereka: Aku dating bukan untuk meniadakan/menghapus hokum tetapi utk menggenapinya (Mat. 5 : 17 dibacakan oleh seorangt).

Paulus mengirim surat ini dengan maksud supaya orang Kristen yg telah percaya harus kuat imannya, jangan terpengaruhi kepada adat istiadat Yahudi yaitu bhw untuk selamat orang harus disunat dan memenuhi hokum torat. Paulus katakana bhw orang yg ada dalam Kristus, hal bersunat atau tidak bersunat tidak menjadi soal; yang penting iman kepada Kristus yg bangkit dan wujud dari iman itu yaitu kasih (: 6 dibacakan lagi).

Sdr. Bagaimana bacaan ini untuk kita di sini. Kita hidup sebagai warganegara tetapi juga sebagai warga gereja. Kita masing2 ada dengan adat-kebiasaan kita. tetapi bagi kita yg percaya, Kristus menjadi segala-galanya, sebab adat-istiadat tidak menyelamatkan: Sunat dan torat tidak menyelamatakan, tetapiu yg menyelamatkan adalah iman kepada Kristus yg bangkit, dan penyelamat bagi kita yg percvaya telah dilakukan dengan sempurna oleh Allah yg menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Dialah yg menanggumng segala sesuatu yg tidak dapat kita tanggung. Ialah yang menyelesaikan semua perkara kita denagan Allah. Ia amenggenapai semua pekerjaan akeselamatan kita supaya kita dipandang bersih oleh Allah. Ia yg berjalan di depan membersihkan jalan kita supaya kita yg berjalan mengikuti Dia berjalan pada jhalan keselamatan. Oleh karena itu iman kita kepada Kristus ini yg lebih utama dari banyakj tuntutan di dunia ini yg perlu dipenuhi. Kita semua telah berjanji untuk mengikuti Kristus dan melakukan kehendakNya dalam hidup beriman kita. Pertanyaan akepada kita sore ini: Apakah akehendak Allah itu telah kita lakukan?? Tentu tidak bisa semua kehendakNya kita lakukan tetapi paling sedikit apa yg dapat kita berbuat kasih kepada sesama itu merupakan panggilan kita. Mungkin kita mencatat atau kita ningat akan perbuatan baik yg telah kita lakukan., sebab saetiap perbuatan baik akan diperhitungkan oleh Allah dan itu akan menjadi mpembanding dalam hidup kita. Oleh karena itu Paulus katakana dalam Gal. 6 : 10 Selama masih ada kesempatan untuk kita, marilah kita berbuat bhaik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan2 kita seiman. Yg diutamakan adalah semua orang (termasuk) yg tidak seiman dan yg kurang kita kenal. Jika ada kesempatan berbuatlah baik kepada mereka itu, sebab semua perbuatan baiuk sekali lagi saya kataakan: diperhitungkan Allah bagi kita.

Saya akhiri renungan ini dengan mengutip : 14 bhw seluruh hokum torat tercantum dalam satu firman: Kasihilah sesamamua manusia seperti dirimu sendiri. Kasihilah sesamamu, dan jangan saliung membenci atau saling menyimpan marah sebab itu tidak ada gunnya sebagai orang yg hidup dalam persekuatuan dengan Kristus dan persekutuan anak-anak Allah seorang dengan yg lain. Bukankah kita yg ada ini adalah suatu persekutuan walaupun kecil tetapi persekutuan dengan Kristus dan dalam Kristus? M,arilah kita mempererat persekutuian kita dan kita saling membangun kasih di antara kita.
Amin.