Rabu, 21 April 2010

Ambarawa 10 Feb '08

Hotbah Ambarawa

Minggu, 10 Febr. 2008

Natas Pemb. Roma 15 : 7

AHB IPetrus. 1 : 22

Bacaan : Yoh. 19 : 25 – 27

Kita berada dalam suasana masa sengsara Kristsus atau masa prapaskah

Bacaan kita menjelaskan bhw para murid dan ibu Yesus serta beberapa perempuan yg semasa hidp, selalu mengikuti ke mana Yesus pergi berada selalu bersama ampai – samapai saat – saat akhir Yesus disalib pun mereka selalu dekat dengan Yesus. Suatu contoh yg kita harus lakukan dalam hidup kita sebagai orang percaya. Waktu Yesus memandang ibuNya, Ia berkata : Ibu, inilah anakmu dan kepada para muridNya ia berkata kepada mereka inilah ibumu. Dari perempuan2 yg ada di kaki salib Yesus ini, ada seorang perempuan “Pendosa” tetapi yg telah diterima Yesus masuk dalam persekutuan. Jika seorang perempuan yg diketahui adalah “wanita Pendosa” mungkin bagi kita sulit untuk mengikutsertakan dia dalam pelayanan gereja apalagi dimasukkan dalam persekutuan keluarga. Banyak orang akan mencibr bibir dan memandang dia dengan senyum yg asam serta muka yang agak cemberut. Tetapi sdr, Yesus berbeda dengan kita, karena Ia datang justru kepada mereka itu yg ditolak oleh kita manusia, Yesus datang untuk para manusia-manusia yg ditolak oleh masyarakat, waktu itu seperti para nelayan, gembala, pemungut cukai dan para wanita panggilan tetapi juga untuk kita masa kini dengan berbagai perbuatan dosa tercela kita, baik yg kelihatan tetapi juga yg sembunyi2. Kita ingat akan peristiwa waktu Yesus diundang makan dalam rumah Simon orang kusta. Pada saat sedang makan masuklah seorang wanita pendosa, sambil menangis, berdiri di kaki Yesus sambil memabasahi kakiNya dengan air mata dan menyeka kaki itu dengan rambutnya. Tidak putus-putusnya ia mencium kakii Yesus sambil memminyaki kaki itu dan menyekanya dengan rambut. Para undangan heran melihat perbuatan wanita pendosa ini. Yesus tau bhw dia wanita pendosa, dan mungkin juga minyak itu hasil dari usaha dosanya. Yesus tidak menolak wanita ini bahkan akhirnya mengampuni dia sebab ia telah menunjukkan kasihnya kepada Yesus, Yesus justru menerima perbuatan kasih dari seorang pendosa tetapi menegur Simon, sebab Simon tidak menyediakan air pembasuh kaki dan minyak untuk mengurapi kepala Yesus, tetapi justru perempuan pendosa ini telah melakukan kebaikan yg tidak dilakukan oleh orang terhormat seperti Simon. Wanita pendosa ini melakukan apa adanya dengan segenap hati dalam keberadaannya. Ia melakukan hal ini seolah-olah menelanjangi hidupnya di hadapan Yesus dan mengharap apa yg akan Yesus lakukan padanya. Ia lakukan itu semuanya karena Ia benar-benar mengerti bahwa pada Yersus ada pengampunan dan damai sejahtera.Ia tidak perduli apa kata orang padanya, tetapi dengan penyerahan diri yg sungguh dan dengan cara ia sendiri ia dating mencari Yesus. Tidak ada hal lain yg ia bisa berbuat untuk menghapus aib dari hidupnya, kecuali datang mencari Yesus, menyembah dan melakukan perbuatan kasih kepadaNya. (Lukas 7 : 36 –40,44 – 49.)

. Karena dalam kata-kataNya, Ibu inilah anakMu, kemudian, para murid, inilah ibumu. Para murid mewakili jemaat yg terdiri dari berbagai macam orang dengan berbagai macam tabiat dan profesi. Di sini nampak suatu persekutuan yg diakrabkan oleh kematian Kristus. Persekutuan ini disebut gereja, umat Allah. Dalam gereja, Yesus menghimpun semua manusia, tidak ada perbedaan suku, bahasa dan warna kulit. Dalam gereja, Kristus menghimpun semua manusia, dengan berbagai pekerjaan dan jabatan , ada direktur, tetapi juga ada tukang sapu, ada orang yg suka meminjamkan uang dengan riba tinggi, tetapi juga ada kita sebagai peminjam.. Ada orang dengan tangan bersih, tetapi juga ada orang dengan tangan kotor. Ada yg menarikm pajak secara jujur tetapi juga ada yg suka memanipulasi pajak demi keuntungan diri sendiri. Gereja menghimpun semua orang ini, dan mempersekutukannya dengan Kristus sebagai kepala. Kristus menerima dan menghimpun semuanya menjadi satu persekutuan lalu kematianNya dan kebangkitanNya menghapus dan membersihkan semua aib itu, karena itulah kita semua sama-sama dapat duduk dalam satu keluarga yg Allah sendiri menjadi kepala.Inilah kasih Allah yg tidak pernah memilah-milah manusia dengan keadaanya. Siapa saja baik pendosa atau orang aterhormat, silahkan dating kepada Yesus, sebab di sana ada keselamatan dan damai sejahtera. Didalam kematian Yesus, Ia telah memulihkan bukan saja hubungan antara Tuhan dengan kita manusia berdosa, tetapi juga hubungan antara manusia dengan sesamanya. Karena itu gereja terpanggil supaya kalau dapat mencari sebanyak-banyaknya orang untuk masuk menjadi anak Tuhan, anak gereja, anak persekutuan dengan tidak membedakan bhw dia orang pendosa atau orang baik-baik. Sebab Yesus telah menunjukkan terlebih dahulu contoh bagi kita, agar kita melakukan apa yg dapat kita lakukan dalam hidup beriman kita.

Setelah Yesus berkata kepada para murid inilah ibumu, dengan demikian telah terjadi ikatan persekutuan, antara Yesus dengan orangtuanya, demikian juga Yesus dengan para murid, lalu persekutuan ini melebar dengan cara, Yesus mempertemukan para murid dengan ibu Yesus, sehingga para murid dengan sukacita menerima ibu Yesus masuk dalam keluarga mereka.

Sdr. . Inilah panggilan kita untuk keluar dan mencari dan mempertemukan orang2 dengan Yesus supaya mereka masuk menjadi persekutuan keluarga Allah dan dengan demikian menjadi satu keluarga dengan kita juga yg dihimpun dalam gereja sebagai persekutuan orang percaya yg dipanggil keluar dari kegelapan masuk dalam Terang kasih Allah. Jika saat ini kita berada di kaki salib Yesus, kita akan dengar kata-kataNya: Ibu, inilah anakMu dan kepada para murid, kita sekalian inilah ibumu. Kita semua dipersekutukan dalam kematian dan kebangkitan Kritus, karena Allah mengasihi kita semua.


Amin.

Ambarawa 8 Feb '09

Hotbah Ambarawa

Minggu, 8 Febr. 2009

Nats Pemb. Galatia 6 : 9 - 10

Amanat HB. IPetrus 3 : 8 - 12

Bacaan : Markus 3 : 1 – 6

Sdr. Judul dari renungan ini adalah: Berbuat baik kepada sesama

Dua pokok penting yaitu: Berbuat baik kemudian sesama:

Dalam penuntun renungan ini di buku SGD, Sinode mengambil contoh ttg berbuat baik dan sesama melalui peristiwa gempa di Yogyakarta bulan Mei thn 2006. Sejumlah ibu RT di dusun Gonogiri Sleman Yogyakarta, menyiapkan nasi bungkus dan disumbangkan kepada korban bencana tsb. Tak ketinggalan warga gereja Jemaat GPIB Margomulyo Yogyakarta melakukan hal yg sama. Dalam melihat kesulitan orang lain karena musibah gempa, maka hati kita tergerak untuk melakukan sesuatu. Warga gereja mengumpulkan bahan2 makanan dan keperluan lain untuk diberikan kepada mereka yg menderita. Perbuatan baik ini dapat dilaksanakan karena ada dorongan kasih yg didasarkan atas iman lalu digerakkan oleh kuasa Rohkudus untuk melakukan sesuatu. Rohkudus selalu mengajar kita untuk melakukan perbuatan baik kepada sesama.

Sebagai orang percaya, kita punya iman dan dari dasar inilah kita terpanggil untuk melakukan perbuatan kasih karena iman tadi. Dalam berbuat baik kita tidak boleh terikat dengan prosedur dan tata cara agamawi. Kita lihat kepada bacaan kita: Sebenarnya ada aturan agama yg saat itu dipegang erat oleh petinggi agama waktu itu yaitu: para Imam dan orang Farisi. Aturan agama waktu itu sangat mengikat dan orang tidak boleh melanggar aturan yg telah ditetapkan. Antara lain bahwa pada hari Sabat orang tidak boleh bekerja. Bacaan kita menyebutkan bhw Yesus melakukan pekerjaan justru pada hari Sabat dan ini bertentangan dengan aturan agama waktu itu. Waktu orang Farisi melihat bhw Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, itu menjadi alasan bagi mereka untuk menjerat Yesus kemudian bersekongkol untuk membunuh Dia. Dalam Matius 5 : 17 dikatakan: Bhw janganlah kamu sangka Aku datang untuk meniadakan Hukum Torat melainkan untuk menggenapinya.

Sdr. Yesus bukan tidak perduli ttg aturan agama tetapi bagi Yesus yg diutamakan adalah berbuat baik kepada sesama. Karena itu waktu Ia melihat seorang pemuda yg mati tangfan sebelahnya Ia tidak sampai hati, lalu dengan tegas Ia menyuruh orang itu berdiri di tengah-tengah jemaat lalu menyuruh mengulurkan tangannya lalu tangtan itu sembuh, normal seperti biasa. Kesem,patan inilah dipakai oleh orang Farisi sebagai alas an untuk membunuh Yesus.

Sdr. Kita sebagai orang percaya juga terpanggil untuk berbuat baik. Kadangkala kita masih terikat dengan factor-faktor duniawi: Dia bukan segereja dengan kita, dia bukan seagama dengan kita, dia bukan sdr kita, kita belum kenal orang itu, jadi buat apa kita berbuat baik kepada mereka?? Perbuatan baik kepada seseorang secara tulus adalah geraakan Rohkudus. Perbuatan baik yg digerakan oleh kuasa Rohkudus, tidak pernah membatasi dan tidak pernah menyeleksi asal gereja dan latar belakang seseorang. Orang yg susah adalah pribadi, manusia yg perlu mendapat pertolongan. Andaikata kita mampu memberi pertolongan kepada seseorang, berilah dengan tulus ikhlas sebagai wujud dari panggilan iman dan wujud dari ajaran Kristrus supaya mengasihi sesama yg menderita.

Sdr. Yesus melihat jauh ke dalam hati orang Farisi yg penuh dengan kedegilan dan Yesus marah. Yesus mau menunjukkan kepada mereka makna kedatanagnNya ke dalam dunia yaitu menyembukan orang sakit, mentahirkan yg lumpuh, mengobati mata yg buta supaya dapat melihat lagi serta membangkitkan yg telah mati.

Sdr. Kita. sdr dan saya, kita dapat lakukan apa?? Banyak yg dapat kita lakukan, asal kita bersedia dengan tulus ikhlas. Iman kita mengajarkan supaya kita memberi maaf kepada aorang yg bersalah kepada kita, kita kunjungilah teman yg sakit, dan singgalah di rumah sdr yg sedang dalam pergumulan. Kita duduk sejenak dengan mereka, lalu berbicara untuk menguatkan iman, menguatkan hati mereka serta berbiacara yg memberikan mereka penghiburan. Itulah panggilan kita sebagai orang percaya dalam hidup masa kini. Mungkin kita tidak bisa memberi jalan akeluar secara materi, karena kita juga terbatas, tetapi paling sedikait memberi kekuatan dan pengharapan melalui kehadiran serta bicara kita. Tuhan memperhatikan dari tempat yg Tinggi apa laku baik kita yg kita lakukan kepada sesama kita. Kita tidak seperti Yesus lyg dapat menyembuhkan secara lanagsung orang dari sakit sepertti yg mati tangan ini, tetapi kita dapat menyembuhkan hati orang yg sakit melalui kehadiran dan kata-kata kita. Semua perbuatan baik yg kita lakukan, menjadi berkat dan itu merupakan panggilan dan tanggungjawab kita masing-masing terhadap sesama kita.

Pertanyaan terakhir: Apakah kita di sini, jemaat Ambarawa juga sudah melakukan seperti yg Yesus lakukan?? Bukan menyembuhkan orang yg mati tangan sebelahnya, tetapi paling sedikit kita sudah menggerakkan hati sesama kita yg hatinya telah lama mati dan imannya telah membeku untuk datang bertemu dengan Tuhan dan bertemu dengan sesama persekutuan di sini? Masih ada waktu bagi kita untukdapat melakukan banyak hal yg baik yg Tuhan kehendaki dari kita.


Amin.