Selasa, 02 Februari 2010

Hotbah Natal Kembangasari 25 Dec 2008

Hotbah Natal

Kamis, 25 Desember 2008

Jemaat Kembangsari

Bacaan : Lukas 2 : 14 – 18

“Selamat hari Natal Jemaat Kembangsari

Sdr. Jalan panjang telah kita lewati bersama sejak 1 Januari 2008 dan kini kita sudah tiba pada hari2 terakhir thn ini. Bulan ini dalam kalender Jahudi disebut bulan TEVET dan pada 25 Tevet (hari ini) anak-anak Jahudi menyalakan api (terang) untuk menghalau kegelapan. Kita juga pada 25 Desember ini menyalakan lilin pada pohon untuk memberi terang sehingga lazim kita kenal Pohon Terang. Terang ini berasal dari Allah sebagai lambang kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus Terang dunia yg datang untuk menerangi dunia yg gelap sekaligus mengalahkan kegelapan supaya kita yg percaya beroleh hidup dan tinggal dalam Terang Allah itu.

Sdr. Berita Natal diberitakan pertama-tama kepada para gembala. Pada waktu itu mereka sedang menjaga ternak mereka di tengah-tengah padang rumput pada malam hari. Mereka dingin dan duduk dalam gelap. Kita tidak tahu persis apakah sambil duduk-duduk mereka juga membakar kayu sebagai penerang, sekaligus menghangatkan tubuh juga? Para gembala ini mempunyai status “rendah” dalam pandangan orang Farisi dan Ahli Torat. Beberpa alasan: Mereka jarang mandi dan tidak mengganti pakaian, sehingga badan mereka agak berbau kurang sedap. Jika rumput dekat desa sudah habis, mereka masuk agak jauh ke pedalaman ke tengah padang dengan demikian memungkinkan mereka tidak datang beribadah dan tidak mandi dan ganti pakaian. Mereka kurang bisa dipercaya sebab mereka suka membiarkan ternak mereka makan rumput di halaman dan di kebun tetangga. Para gembala ini tidak bisa dipercaya menjadi saksi di pengadilan karena status mereka tersebut. Tetapi apa yg terjadi pada mereka sungguh bertentangan dengan perkiraan kita. Meskipun mereka ditolak oleh orang terhormat di kota, Allah bersama malaekat berkenan memakai mereka menjadi saksi tentang keselamatan yg dikaruniakan kepada dunia melalui kelahiran Anak Allah. Para gembala diangkat martabatnya, didudukkan setara dengan manusia yg lain bahkan lebih tinggi lagi, sebab keselamatan untuk manusia dan dunia ini justru pertama-tama diperdengarkan kepada mereka. Koor para Malaekat menjelaskan bahwa segala kemuliaan harus dipersembahakan kepada Allah yg bersemayam di tempat Yg Maha Tinggi juga ada keselamatan bagai manusia yg diam di bumi yg kepada amereka Allahg berkenan. Koor Malaekat ini memberi bukti yg disaksikan oleh manusia kecil para gembala bahwa Allah turut merendahkan diri seperti gembala bahkan lebih hina lagi sebab Anak Allah lahir di kandang gembala dan ditidurkan dalam wadah kayu tempat makanan hewan dan diselimuti tidak dengan flannel halus dan tebal tetapi hanya dangan lampin-limpin. Allah menghinakan DiriNya dengan lahir dalam kandang hewan, agar kita yg hina ini dimuliakan. Allah turun melalui tempat yg kotor dan menjijikkan agar kita dibersihkan dari segala kekotoran dosa. Allah menanggung segala-galanya melalui awal dari hidupNya melalui kelahiran begitu hina supaya kita orang berdosa mendapat kemuliaan.

Sdr. Hari ini selesai sudah kita 4 minggu masa penantian kita. Ia yg kita nantikan selama 4 minggu itu sudah ada bersama kita di sini dalam diri ImanuEl Allah beserta kita melalui Natal ini. Bacaan kita menyebut bahwa kelahiran Raja ini disambut dengan koor para malaikat dari Sorga. Suatu lagu yg diperdengarkan bukan untuk orang di kota, tetapi justru kepada orang hina para gembala. Allah meminta koor ini menyanyikan suatu lagu kehormatan untuk menyambut kelahiran sang Raja. Sang Raja yg lahir ini memberikan kemuliaan kepada Allah Yg Maha Tinggi sekaligus membawa kesejahteraan kepada manusia yg berdosa di bumi. Memang kemuliaan dan hormat pertama-tama harus diberikan kepada Allah yg bersemayam di tempat yg Maha Tinggi. Tetapi pada saat yg sama juga Kemuliaan Allah itu memberikan damai sejahatera di atas bumi supaya dinikmati oleh orang2 percaya yg pada mereka Allah berkenan.. Jadi dalam Natal ini, Allah memakai cara Allah sendiri yg tidak dapat dimengerti dan dipahami oleh pikiran kita yang menunjukkan bhw Allah mengidentifikasikan Diri dengan para gembala yg nantinya Ia akan menjadi Gembala Agung. Sebagaimana kita tahu bahwa beberapa pemimpin Israil sebelumnya harus sekolah dahulu menjadi gembala sebelum mengembalakan manusia Israil. Gembala yg hina di kandang ini dipakai Allah sebagai contoh bagaimana orang harus sabar dan rendah hati seperti gembala sebab mereka hanya berteman dengan ternak mereka. Sebelum raja2 memerintah manusia, mereka harus lebih dahulu belajar memerintah hewan, supaya budi mereka diperhalus dengan kelembutan dan kesabaran.

Sdr. Kita merayakan kelahiran sang Raja yg datang menjumpai kita masing-masing. Karena itu hendaklah kita membuka diri, hati, supaya Raja ini berkenan masuk dan tinggal menetap dalam hidup kita. Supaya dengan demikian kita selalu mengalami kelahiran baru dalam diri kita, dalam keluarga kita, dalam persekutuan kita, dalam gereja kita, dalam jemaat kita, supaya selalu ada Natal yg memperdengarkan lagu sukacita, lagu Kemuliaan bagi Allah di tempat yg Maha Tinggi dan damai sejahtera bagi manusia di bumi yg pada mereka Allah berkenan.

Sdr dengan demikian, seharusnya lagu Kemuliaan bagi Allah jangan saja diperdengarkan dan dinyanyikan hanya pada hari Natal setahun sekali, tetapi selayaknya lagu itu kita nyanyikan setiap kali sebab kasih Allah kan berlaku bagi kita segala waktu dan karena kita selalu menerima kasih Allah itu hendaknya kita juga menaikkan ucapan syukur dan bernyanyi Kemuliaan bagi Allah di tempat yg Maha Tinggi sebab hanya Allah saja yg patut menerima hormat dan kemuliaan dari kita manusia yg berdosa ini.

Hari ini Jemaat Kembangsari merayakan NatalKita menikmati damai di sini damai seorang dengan yg lain, damai dalam gereja, damai dalam jemaat, damai dalam keluarga, damai di antara kita masing-masing, sebab hari ini Kristus datang menjumpai kita sehingga hati kita dipenuhi dengan sukacita sorgawi sebab Kristus telah lahir untuk kita masing-masing untuk gereja kita, jemaat kita, persekutuan kita juga keluarga kita.

Selamat merayakan Natal,


Amin.

Tidak ada komentar: