Senin, 02 Mei 2011

Kebaktian Sektor Kotawinangun

Kebaktian Sektor Kotawinangun

Rabu, 9 Sept. 2009 rumah: Kel. Pdt. Wayan.


Bacaan : Kej. 22 : 4 – 8

Sdr : Pokok dari renungan kita sore ini : Iman Abraham diuji.
Sdr. Kita semua adalah orang beiman. Iman kita banyak kali tidak stabil ( tidak merata sepanjang waktu) Kadang-kadang naik turun seperti grafik. Satu saat iman kita naik tinggi, kita dipernuhi dengan sukacita dan berdoa tanpa berhenti. Lain saat dimana kita sedang dilanda berbagai permasalahan hidup saat itu iman kita turun, melorot ke bawah. Tentu kita sebagai warga sector ini dan sebagai warga jemaat pada umumnya telah mengalami hal ini. Tidak saya jelaskan tetapi masing-masing orang dapat berkata untuk dirinya sendiri bahwa saya pernah mengalami hal demikian. Apakah saat-saat begitu iman kita sedang diuji?? Apakah kita benar-benar adalah anak Tuhan yg setia?? Yg dimaksud dengan saat-saat itu adalah: Jika iman kita sedang naik, pada saat itu kita rajin berdoa dan mengucap syukur, bergembira dan bersukacita ( kita dapat katakana bhw terimakasih Tuhan doaku telah didengar). Banyak cara kita ungkapkan sebagai bukti bahwa Tuhan mendengar doa kita. Tetapi pertanyaan kini: bila kita menghadapi situasi seperti yg dialami Abraham, untuk memnyerahkan kepada Tuhan sesuatu yg sangat kita sayangi apakah kita sanggup?? Memang kasus ini sangat berbeda sebab Tuhan memakai Abraham sebagai saluran berkat yg daripadanya dan melalui dia semua bangsa di dunia termasuk kita jemaat GPIB sector Kutowinangun dan masing2 pribadi mendapat berkat dari Allah. Kita telah mengetahui bahwa Abraham dan Sara telah lanjut usia. Namun garis keturunan sebagai tanda terlaksana janji Allah akan digenapi. Abaraham dan Sara mempunyai anak (Ishak) dalam usia lanjut. Tetapi tiba-tiba sukacita keluarga ini diuji. Ishak anak tunggal Abraham diminta Allah untuk dikorbankan. Abraham bersedia dengan segenap hati. Rupanya kesediaan dengan tulus hati ini merupakan wujud dari iman yg murni karena ketaatan kepada permintaan Allah. Kesediaan menyerahkan inilah yg diperhitungkan Allah sehingga Abraham disebut Bapa orang beriman. Pertanyaan bagi kita: Andaikata itu terjadi bagi diri kita bukan anak tunggal kita tetapi sesuatu yg sangat kita kasihi dan sayangi, apakah kita akan rela seperti halnya Abraham??
Kita tidak dapat memahami dan menyelami pikiran dan kehendak Allah, namun apa yg Allah kehendaki itu akan terwujud dengan cara Allah sendiri yg kadang-kadang mustahil pada pikiran kita. Rencana Allah tetap jalan terus supaya janji Bapa kepada dunia, bahwa melaluyi keturunan Abraham yaitu Ishak semua bangsa di dunia akan mendapat berkat. Kini tinggal bagaimana kita memahami dan meyakini janji Allah itu melalui panggilan kita sebagai warga gereja. Kehendak dan janji Allah kepada setiap kita tidak sama bentuk dan kadarnya. Untuk keluarga A berbeda bentk dan kadarnya dari cara Allah untuk keluarga B dan C dst. Kenapa bisa demikian?? Itu cara Allah sendiri, sebab Allah telah memperhatikan model dan kadar iman seseorang maka itu Allah memberikan sesuai yg Allah pandang dari tempat yg Tinggi. Di sini akan nyata bahwa kehendak Allahlah yg terjadi bukan kehendak kita. Kita harus ingat dan waspada bahwa setiap langkahku di atur oleh Tuhan. Tentu langkah yg positip dan langkah yg berjalan menuju pada jalan kebenaran supaya kita hidup. Untuk itu kita meminjam lagi kata-kata pemazmur yg terkenal 119 : 105 FirmanMu adalah Pelita pada kakiku dan obor – suluh pada jalanku. Itu berarti bahwa kita hendaknya hidup dengan diterangi dan dituntun oleh Firman Tuhan saja sebagai alat penerang pada saat kita duduk ( pelita dekat kaki) dan sebagai obor saat kita akan mulai perjalanan panjang dalam jalan kehidupan yg memerlukan penerang besar (obor – suluh). Tetapi di atas sega\a-galanya, marilah pelayanan kita dalam gereja maupun pelayanan sebagai anggota masyarakat kita serahkan pada Tuhan biarlah itu jadi sesuai dengan kehendakNya saja agar dengan begitu hidup kita akan terasa tenang dan damai.

Pada Abraham, Allah memberi perintah langsung seolah-olah Allah berbicara muka dengan muka, karemna Allah punya maksud tertentu dengan Abraham. Pertanyaan lagi. Lalu bagaimana dengan kita? Bagaimana caranya kita bisa berbicara langsung dengan Allah?? Ini pertanyaan dari seorang anak katekisasi dewasa: Pak Pdt kalau kita berdoa: Kita kan berbicara langsung dengan Tuhan. dalam doa itu kita utarakan sederet kehendak, keinginan, rencana dan maksud kita (tentu diakhiri dengan) biarlah kehendakMu yg jadi jangan kehendakku). Lalu pertamnyaan . Bagaimana kita tahu Allah berbicara dengan kita dan meminta kita melaksanakan kehendakNya?? Saya jawab. Apa yg ada ditanganmu itu?? Dia katakana Alkitab Firman Allah. Itulah jawaban Allah dan kehendak Allah yg disampaiukan bagi kita. Jika kita tidak apernah membaca Alkitab maka kita tidak akan tahu apa yg Allah mau dari kita. Sdr. Komunikasi hendaknya jangan cujma satu arah: Artinya jangan hanya kita yg berbicara dan meminta segala sesuatu dari Allah, tetapi juga hendaknyta kita mengerti Allah melalui Firm,an yg harus kita baca dan pelajari. Jika kita lakukan , maka terjadilah komunikasi dua arah kita nai ke Atas kepada Allah melalui doa tetapi juga kita menerima Allah yg turun me\njupai kita dalam FirmanNya. Wujud dari Allahg yg trunu menjumpai kita kita temui dalam diri ImanuEl, Allah beserta kita dalam diri Yesus Kristus. Oleh sebab itu apa yg dapat kita lakukan sebagai wujud iman, kita lakukan sebagai panggilan dan tj kita. Dgnb demikian nyata akan iman kita kepada Allah.

amin

Tidak ada komentar: