Sabtu, 16 April 2011

Pertunangan

Pelajaran Katekisasi
PERTUNANGAN

Dalam pergaulan muda-mudi seseorang mulai belajar memberikan dirinya kepada orang lain dan sebaliknya menerima diri orang lain dalam hidup mereka. Dalam pergaulan, seseorang ingin memiliki “TEMAN” dan sebaliknya orang ingin “mencintai” dan “dicintai”. Sama seperti dalam pergaulan muda/i dalam pertunanganpun harus didasarkan pada Firman Tuhan: “Inilah perintahKu, “Kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh.15 : 12) Seluruh cinta dan kasih sayang kepada sesama harus didasarkan pada pemahaman yg benar ttg Kasih Allah kepada dirinya sendiri: “mengasihi Allah dan mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Bila manusia kurang memahami kasih Allah dengan benar maka akan terjadi mencintai dan mengasihi akan tertuju semata-mata kepada kepentingan dirinya sendiri (Pilipi 2 : 1 – 4). Dengan demikian makna pertunangan dapat dipahami atas dasar “Kasih Allah” dan kehendak Allah dalam kehidupan manusia.

Masa pertunangan merupakan fase kelanjutan dari hubungan yg terbina selama “masa bergaul” (masa perkenalan) atau dalam masa pergaulan muda/i . Pertunangan termasuk dalam ketegori “Pergaulan Intim” bukan dalam konotasi “hubungan suami-istri”. Pertunangan merupakan perkembangan dari hubungan persahabatan/pergaulan biasa tetapi yg diisi dengan bibit cinta yg tulus yg nantinya akan berbuah pada pernikahan. Pergaulan yg benar akan meningkat kepada pertunangan dan diharapkan mencapai tujuan akhir dalam membina kehidupan abadi dalam “pernikahan: Dalam pertunangan, masing2 berusaha mengadakan pendekatan emosional, pikiran, gaya-hidup dalam suasana keterbukaan menuju kepada kematangan mental, spiritual menjelang pernikahan. Dalam masa pertunangan, muda/i ini secara intensip berupaya mengenal dirinya masing2 termasuk hal2 yg tidak disukai bersama. (kecocokkan-ketidakcocokkan). Banyak hal lagi yg mesti ditata pada masa ini terlebih-lebih penyesuaian diri serta pengendalian diri dalam kaitannya dengan sexualitas. Pasangan harus mendasarkan hubungan mereka pada kesucian Allah seperti yg disaksikan dalam Kej. 1 : 31 Lalu Allah melihat semuanya itu “sungguh amat baik”. Kesucian yg Allah karuniakan kepada mereka itu harus dipelihara sampai kepada masa pernikahan. Menjaga serta memelihara kesucian selama masa pertunangan ini didasarkan pada Firman Tuhan Kel. 20 : 14,17 “Jangan berzinah” dan jangan mengingini sesuatu yg bukan milikmu. Dengan mengingat akan perintah Tuhan, larangannya, juga hukumannya (Im. 18 : 29 maka orang muda memohon kepada Tuhan agar kiranya mereka dapat mengatasi “pergaulan bebas” (terutama dalam masalah hubungan sexual). Maksud Tuhan menyatakan hukum kekudusan itu tidak lain agar menjaga Israil supaya tidak ikut melakukan tindakan2 yg sama yg dilakukan bangsa2 sekitar mereka (bangsa kafir) sehingga nama Tuhan tidak dimuliakan.

Tentang pernikahan ini Tuhan berfirman “Dan laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya (Kej. 2 : 24). Keindahan masa pertunangan dilukiskan dalam Alkitab (Kidung Agung 8 : 6,7 sebagai suatu keindahan cinta-kasih, dan hal itu harus dipertahankan menuju ke pernikahan, juga memasuki kehidupan sampai kekal abadi. Orang yg sudah matang dalam berpacaran, kemudian bertunangan, mereka memilih dan memutuskan supaya hubungan mereka itu disahkan dalam pernikahan negara dan memohon berkat Allah melalui pernikahan gereja.

Tidak ada komentar: