Jumat, 02 Mei 2008

Pergaulan Muda-mudi

KATEKISASI GPIB

Pokok bahasan : PERGAULAN MUDA-MUDI
Pergaulan muda-mudi adalah bagian dari hidup manusia. Pergaulan merupakan sarana dimana manusia dapat saling mengenal dan saling membangun jatidiri serta membentuk kepribadian masing-masing.. Pergaulan muda-mudi terjadi dalam hidup mereka, terjadi baik dalam gereja, juga di luar gereja (masyarakat). Pergaulan terjadi di antara sesama warga gereja tetapi juga bisa di antara bukan warga gereja. Antara orang Kristen dan orang yang beragama lain. Pergaulan muda-mudi terjadi dalam dunia, dalam masyarakat di mana mereka hidup.
Masyarakat saat ini sangat berkembang dengan pesat dalam hampir semua bidang kehidupan sebagai akibat dari kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK ikut menggoda hidup manusia supaya kalau boleh menyesuaikan diri dengan pengaruh dari kemajuan itu. Orang yg matang pikiran dan iman, tidak gampang tergoda dan menyesuaikan diri sebab pola hidup sederhana dan pengenalan diri berdasarkan kasih dan anugerah Allah dalam Yesus Kristus dapat membuat seseorang mengambil keputusan positip untuk tidak terpengaruh dan gampang jatuh dalam arus kemajuan global ini. Bila sampai aspek kehidupan masyarakat ikut terpengaruh karena kurang pemahaman yg mendasar maka dapat dipastikan akan terjadi pergeseran nilai tradisional ke dalam nilai-nilai yang “baru”
Pergaulan merupakan hal yg menarik dalam hidup manusia, sebab menyangkut banyak aspek kehidupan, karena melalui pergaulan para muda/i dapat mengungkapkan isi hati serta memperkenalkan jati diri mereka dalam interaksi bersama. Pergaulan dapat dilakukan dengan siapa saja antar muda/i dalam masyarakat namun harus didudukkan dalam tatanan positip dan benar di bawah terang Firman Allah.
Alkitab tidak melarang bahkan mendukung pergaulan muda/i sebab dalam Pengkhotbah 11 : 9 dikatakan: “Bersukarialah, hai pemuda dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutlah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena hal itu Allah akan membawa engkau ke pengadilan”. Pengkhotbah tidak melarang orang muda bergaul, asal pergaulan itu dilakukan dalam terang dan kontrol Firman Tuhan. Pada satu sisi Penghotbah mendorong para muda/i untuk melihat, menimbang, memilih dan menikmati, tetapi pada sisi lain, ada peringatan keras agar berhati-hati sebab pergaulan yg salah dan menyimpang dari jalur “yang benar” akan membawa mereka ke pengadilan dan penghukuman. Peringatan keras ini seolah-olah mengisyaratkan bahwa pergaulan mereka sedang diawasi ketat oleh Allah (Penghotbah 12 : 1). Pergaulan yg baik dan benar itu akan manis dan langgeng jika itu dilakukan di atas dasar pengenalan dan rasa takut akan Allah, serta menuruti perintahNya. Sebab pengenalan akan Allah merupakan dasar kokoh bagi pengembangan kepribadian muda/i (Maz. 127 : 1 – 5) dan laksana orang yg membangun rumah di atas batukarang, sehingga tidak akan gampang roboh bila diterjang ombak dan badai (Mat. 7 : 24 – 27). Muda/I harus menyadari bhw mengenal Allah itu karena rasa cinta terhadap Firman dan perintah serta titahNya (Maz. 119 : 9 – 16). Jadi para muda/I harus mengawali proses pergaulannya dengan kesadaran penuh bhw Allah telah mengampuni dan menyelamatkan keberadaannya (Iyoh. 2:12). Oleh karena itu hubungan dan pergaulan mereka di tengah-tengah hubungan antar sesama harus pula mencerminkan anugerah itu kepada dunia.
Kita harus sadar bahwa awal pendidikan moral/budi-pekerti dan iman diproses melalui pendidikan dan pergaulan dalam keluarga, saat mana pertumbuhan dan perkembangan mental-spiritual serta kepribadian seseorang baru mulai dibentuk. Dengan kala lain, pendidikan dalam keluarga sedikit banyak memberi andil kepada pergaulan muda/i dalam lingkungan kecil dan masyarakat luas dimana kelak mereka nantinya berada. Keluarga merupakan sekolah mula-mula dimana di situ anak-anak diajari untuk saling menghormati, saling mengasihi, saling memaafkan, juga ditanamkan dasar-dasar mengenai takut akan Allah dan menghormati orangtua, mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Amsal 4 : 1 –4). Sebagai sekolah awal, ditanamkan rasa cinta-kasih antar anggota keluarga lebih dahulu sehingga dasar yg telah ditanamkan ini dapat menjadi pegangan jika sebentar nanti mereka keluar dan mengalami pergaulan dengan orang lain dalam masyrakat. hal itu mereka telah pahami Selain ditanamkan rasa cinta kasih antar sesama keluarga, juga dijelaskan ttg hak dan kewajiban tiap anggota keluarga yg harus dilakukan dengan baik dan benar. Menyangkut tanggungjawab dalam keluarga, di sana perlu diajarkan juga ttg pembagian kerja dimana masing2 anggota harus melaksanakannya dengan sukacita jangan dengan terpaksa. Tanggungjawab yg sederhana dalam keluarga tidak boleh dirasakan sebagai beban, sebab kelak nanti para muda/i akan menerima serta memikul tanggungjawab yg lebih besar pula dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu apa yg diajarkan dalam keluarga hendaknya diterima dengan rasa syukur sebab hal yg sederhana itu akan membekali dan menjadi berkat bagi mereka di kemudian hari (Eps. 6 : 1 –4; Kolose 3 : 20). Semua nasehat tadi bila diterima dan dilaksanakan dengan tekun akan memperkaya dan menambah pengetahuan, membuka wawasan serta memperdalam iman ttg hidup yg “benar” dan “baik” yg dikehendaki Allah. Bila landasan hidup mereka kokoh, maka hidup pergaulanpun akan kokoh pula dan tidak gampang teromabng-ambing dalam godaan selera dunia. (IYoh 2 : 14 – 16).

Tidak ada komentar: