Rabu, 02 April 2008

Kalimangli 4 Nov 2007

Hotbah Kalimangli
Minggu, 4 Nov. 2007

NP ITaw. 28 : 9b
AHB Ep. 4 : 21 – 29

Bacaan : Maz. 51 : 3 - 16

Tema : “Tahirkanlah hatiku dan baharuilah rohku”

Sdr. Bacaan kita pagi ini adalah sebuah pengakuan dosa dari seorang petinggi negara (Raja), orang yg berkuasa, orang yg terpandang dalam masyarakat Israil waktu itu. Petinggi negara ini tidak lain adalah raja Daud. Menjadi seorang pemimpin ada enaknya ada tidak enaknya. Yang enak adalah punya kuasa dan bisa buat apa saja. Yg tidak enak adalah ia sangat diamat-amati masyarakat dan hidupnya bagaikan orang yg tinggal dalam “rumah kaca” artinya segala tindak-tanduknya nampak dari luar. Jadi hidupnya adalah hidup yg diawasi oleh masyarakat.
Daud adalah raja Israil, raja yg ditetapkan, yg diurapi Allah, untuk memimpin umatNya, sehingga dengan demikian, segala apa yg ia lakukan, ia harus bertanggungjawab untuk Allah sebagai yg memilih dia. (IISamuel 12 : 7).

Kita tahu bhw kesalahan besar yg dibuat oleh Daud ini sehingga ia mengaku dosa adalah karena ia mengambil Batseba istri Uria dan membunuh Uria dengan menyuruh Uria dfitempatkan paling depan saat bertempur melawan musuh. Perbuatan raja sebagai pemimpin umat yg diangkat sendiri oleh Allah sangat menghina Allah. Waktu Ia bangun tidur dan berjalan di atas sotoh rtumah, ia melihat Batseba sedang mandi. Hati raja tertarik kepadanya lalu menyuruh orang memanggil Batseba ke istana. Dengan demikian raja telah melanggar 3 hukum Tuhan: 1. Jangan membunuh (hukum ke 6), 2. Jangan berzinah (hukum ke 7) dan ke 3. Jangan mengingini istri sesamamu (hukum ke 10). Ketiga hukum ini dirasa sangat memberatkan hatinya dan hidupnya. Mungkin dalam perenungan raja, ia merasa batinnya sangat terganggu, tidak tenang ia merasa bha ia telah sangat berdosa kepada Allah, sebab ia yg terpandang dalam masyarakat tega berbuat hal yg memalukan. Hati yg bersalah kepada Tuhan ini begitu sangat mengganggu hidupnya. Maka dalam penyesalan yg dalam, raja mengaku dosa di hadapan Tuhan melalui pengakuan dalam Masz 51. ini.

Sdr. Hati adalah pusat hidup, pusat hidup yg dengannya seseorang melakukan hubungan pribadi dengan Allah. Segala masalah kita yg timbul melalui penglihatan akan diputuskan melalui keputusan dari hati nurani kita. Entah kita menolak atau melakukan itu tergantung dari keptusan dalam hati. Karena itu hati adalah pusat hidup yg darinya kita berkomunikasi dengan Allah. Kita semua telah mengetahui bhw dalam tubuh kita berdiam Rohkudus? (Ikor 3 : 6, 6 : 19). Rohkudus ini yg mengandalikan seluruh kegiatan kepada hal yg Baik yg memuliakan Allah. Tetapi apayg diperbuat oleh Daud, bukan dari roh Allah tetapi dari keinginan manusia Daud sendiri. Oleh karena itu inti dari pengakuian dosa ini ada dalam ayat 12 sesuai juga dengan tema kita: Daud memohon kepada Allah dalam pengakuan dosanya: “Tahirkanlah hatiku, ya Allah, dan baharuilah rohku”. Tahirkanlah hatiku, artinya seolah-olah hatinya dulu sakit, hati yg berbuat salah dianggap menyimpang, tidak berjalan pada jalan Allah, berlekak-lekuk., kini ia mohon kepada Allah untuk ditahirkan, disembuhkan, dluruskan, dibel;okkan agar berjalan pada jalan lurus, jalan Allah menuju kebenaran dan hidup. Ia memninta juga supaya kiranya Allah membaharui rohnya. Ia bertindak memnhgambil Batseba – istri Uria, kemudian amenyuruh membunuh suaminya – Uria adalah perintah dari rohnya sendiri bukan roh Allah. Rohnya kotor, penuh dengan kedagingan, nafsu, kebencian, keinginan utk memiliki yg bukan miliknya dan pembunuhan. Roh yg salah ini ia sadari lalu memohon kepada Allah supaya dibaharui lalu dikaruniai roh yg teguh. Roh yg teguh adalah roh yg hanya menuruti Roh Allah, bukan rohnya.

Sdr. Perbuatan Daud sehingga ia berdosa dan mengaku, tidak terlepas dari perbuatan kita juga. Kita tidak nyata-nyata berbuat apa seperti yg Daud perbuat, tetapi kita banyak kali telah berdosa seperti daud, melalui mata, pikiran dan perasaan kita. (Mat. 5 : 28, Roma 13 : 9). Jika kita kesulitan uang, lalu ada timbul keinginan untuk mengambil milik orang lain, maka kita telah berdosa melalui keinginan itu walaupun belum sempat kita lakukan. Dengan demikian, Daud dalam apengakuan itu menekankan permohonan Jadikanlah hatiku tahir, atau tahirkanlah hatiku ya Allah dan baharuilah rohku. Hati kita perlu senantiasa dibaharui oleh roh Allah agar kita tidak mengikuti keinginan haati kedagingan kita.

Para pemimpin masyarakat, pemimpin gereja, jemaat perlu mewaspadai tanggungjawab sebagai pemimpin, agar tidak bertindak menurut keinginan hati kedagingan tetapi harus bertanya setiap kali kepada Tuhan, apa yg baik yg harus aku lakukan. Sebab tindakan dan perbuatan pikiran dfan perasaan walaupun tersembunyi kepada manusia, tetapi terbuka nyata di hadapan Alllah. Oleh karena itu bukan saja pemimpin tetapi kita sekalian, kita selalu harus berdoa memohon agar kiranya Tu7han senantiasa membaharui hati dan Roh kita supaya kita tetap dan selalu menjadi anak-anak baik yg hidupnya berkenan kepada Allah.

Amin.

Tidak ada komentar: